Manajemen Modal Kerja


KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah Swt Yang Maha Kuasa, karena berkat limpahan rahmat-Nya makalah ini yang disusun dengan judul manajemen modal kerja, kas, persediaan, dan piutang pada mata kuliah manajemen keuangan dapat selesai pada waktunya.
Shalawat beriringkan salam penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad Saw yang telah membawa kita ke alam yang terang benderang dan membimbing umatnya ke jalan yang berilmu pengetahuan.
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada Dosen Pembimbing pada mata kuliah manajemen keuangan. Semoga dengan bimbingannya penulis lebih memahami arti mata kuliah ini. Dan penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk memperbaiki makalah selanjutnya.












                                                                                                            
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................
            LATAR BELAKANG....................................................................................iii-vi
            RUMUSAN MASALAH................................................................................vii
            TUJUAN......................................................................................................viii
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................
MANAJEMEN MODAL KERJA............................................................................1-5
BAB III PEMBAHASAN..........................................................................
MANAJEMEN KAS..............................................................................................5-17
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................
MANAJEMEN PIUTANG.....................................................................................17-30
BAB V PEMBAHASAN.......................................................................
MANAJEMEN PERSEDIAAN..............................................................................30-40
BAB VI PENUTUP...............................................................................
            KESIMPULAN..............................................................................................i-iii
            SARAN.........................................................................................................iv
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................v



BAB I
PENDAHULUAN
A.1   Latar Belakang (Modal Kerja)
Manajemen kauanngan merupakan keseluruhan aktivitas perusahaan yang brsangkutan dangan usaha mendapatkan dana yang dierlukan dengan biaya minimal dan syarat-syarat yang paing menguntungkan beserta usaha untuk menggunakan dana tersebut seefisien mungkin. Modal kerja merupakan salah satu input penting yang digunakan untuk menghitung nilai tambah ekonomi suatu perusahaan dan devisi. Dalam menyusun dan menyempurnakan makalah ini penysun mencoba untuk menyampaikan bahwa modal kerja memiliki arti penting dalam pengaturan jasa-jasa monopoli yang di beriakan oleh perusahaan-perusahaan. sehingga pembaca dapat mengambil manfaat yang terkandung dalam makalah ini.
            Masalah kebijakan yang pertama menyangkut penentuan beberapa besar aktiva lancar yang harus dipertahankan. Aktiva lancar berubah mengikuti penjualan, tetapi rasio aktiva lancar terhadap penjuualan merupakan masalah kebijakan. Perusahaan yang memiliki kebijakan beroperasi secara agresif akan mempertahankan jumlah aktiva lancar yang relatif kecil, suatu kebijakan yang akan mengurangi tingkat hasil pengembalian atas investasi (ROI) yang diharapkan. Akan tetapi kebijakan yang agresif juga meningkatkan kemungkinan habisnya persediaan atau hilangnya penjualan karna terlampau ketatnya kebijakan kredit.
            Masalah kebijakan yang kedua adalah hubungan antara berbagai jenis aktiva dan cara pembiayaannya. Salah satu kebijakan adalah menandingkan (menyesuaikan) aktiva dan umur  (jangka waktu) hutang, yang membiayai aktiva lancar dengan hutang jangka pendek dan membiayai aktiva tetap dengan hutang jangka panjang atau modal (equity). Tetapi kebijakan tersebut tidak tepat, karna dalam aktiva lancar juga termasuk investasi “permanen” yang meningkat jika terjadi kenaikan penjualan. Pembiayaan aktiva lancar seharusnya mengakui bahwa sebagian aktiva lancar memiliki hubungan yang konstan dengan penjualan, sehingga bagian ini merupakan investasi “permanen”. Pembiayaan aktiva lancar yang bersifat permanen sebaiknya dilakukan dengan bagian hutang jangka pendek yang permanen (hutang spontan yang ditimbulkan oleh hutang dagang dan biya-biaya yang belum dibayar) dan dengan hutang jangka panjang dan modal sampai suatu jumlah yang diperlukan.
A.2  Latar Belakang (Kas)
Tingginya tinngkat suku bunga akhir-akhir ini telah meningkatkan kesadaran akan betapa pentingnya manajemen kas, sementara pada saat yang sama, kemajuan teknologi telah merubah dasar-dasar fungsi manajemen kas. Para manajer keuangan sudah mengembangkan teknik-teknik baru untuk mengoptimumkan saldo kas dan menentukan hubungan yang memadai antara menyimpan kas dengan menanamkannya dalam surat berhaga.
            Ada empat pertimbangan pokok yang mendasari perusahaan untuk menahan kas, yaitu motif transaksi, motif berjaga-jaga, dan motif spekulasi dan motif memenuhi saldo kompensasi. Dua aspek pokok dalam sistem arus kas adalah sistem pengumpulan kas dan sistem pengeluaran kas. Dengan sistem ini perusahaan ingin mencapai sasaran pengumpulan yang cepat dan pembayaran yang lambat tapi sesuai dengan prosedur yang berlaku.
            Masalah waktu mengambang timbul karna selisih waktu yang terjadi pada proses pembayaran (mengambang karna pos, karna proses, dan karna kliring bank). Waktu mengambang ini bisa memberi manfaat bagi perusahaan sebagai pembeli, tetapi juga kekurangan perusaan sebagai penjual. Suatu sistem pengumpulan kas yang efisien akan menitikberatkan pada pengurangan waktu mengambang karna pos yang bersifat negatif; cara ini dilakukan dengan desentralisasi penagihan serta suatu sistem kotak pos (lockbox). Penggunaan sistem kotak pos juga akan mengurangi waktu proses dengan memasukkan cek melalui proses kliring bank sebelum dicatat dalam sistem pembukuan perusahaan.
            Sistem pengumpulan melalui perbankan digunakan untuk mempercepat proses pengumpulan uamh tunai denga cara mobilisasi dan secara efisien melalui hirarki bank deposito lokal, bank pengumpul regional dan bank pusat. Bank-bank deposito lokal merupaka tempat pengumpulan tagihan-tagihan disetiap daerah penjualan. Sedangkan bank pengumpul regional, yang biasanya memanfaatkan cara kotak pos, mempunyai fungsi menyalurkan dana bagi pengeluaran-pengeluaran pokok perusahaan. Suatu unsur pokok dalam pemilihan bank pengumpul adalah lokasinya dengan pelanggan perusahaan, fasilitas kliring serta kemampuannya memasuki sistem kawat dalam perbankan; ini diperlukan untuk urusan pemindahan dana kebank pusat, dimana pengendalian terhadap satu terminal kas bisa dilakukan dengan lebih ketat.
            Manajer keuangan mempunyai berbagai pilihan mekanisme transfer. Tugasnya adalah memilih mekanisme tranfer dana yang paling cepat dan menyeimbangkan kecepatan ini dengan biayanya. Model konvensional yang digunakan untuk membandingkan adalah penetapat titik pulang-pokok dari besarnnya uang yang ditransfer. Diatas jumlah ini metode membandingkan nilai bunga tambahan yang akan diperoleh dibank pusat dengan biaya tambahan karena mekanisme yang lebih cepat. Metode ini dianggap tidak mempertimbangkan nilai lain dari dana selain bunga yang hilang karena tidak memindah dana tersebut ke bank pusat. Misalnya saja, saldo yang disimpan pada bank pengumpul dapat menghasilkan jasa giro (service kredit), sehingga dengan demikian bisa menekan biaya yang dibayar perusahaan untuk jas-jasa pelayan bank. Analisis perbandingan biaya dan manfaat pada mekanisme transfer ini lalu dilengkapi dengan pertimbangan waktu. Model-model sistematis yang lengkap dengan segala pertimbangan ini sedang dalam tahap pengembangan.
            Sehubungan dengan manajemen penyalur kas, beberapa metode bisa dimanfaatkan dalam upaya memperpanjang masa pembayaran. Akan tetapi bank-bank berusaha menutup manfaat yang diperoleh dari waktu mengambang; mereka berusaha membebani perusahaan atas jasa-jasa pelayanan yang mereka berikan sedemikian rupa sehingga perusahaan-perusahaan menanggung biaya pengambangan secara langsung.
Kebijakan likuiditas yang dijalankan perusahaan-perusahaan biasa beragam mengikuti harga, manajer keungan seharusnya mempertimbangkan resiko keuangan, resiko daya beli, resiko kemudahan pencairan atau pemasaran, masalah perpajakan dan hasil bunganya.    
Model matematik yang dirancang untuk menentukan jumlah saldo kas optimal akan bergantung pada bagaimana kesesuaian pola arus kas perusahaan dengan asumsi-asumsi yang ada pada model. Model Baumol menganut model persediaan dengan EOQnya yang diterapkan pada manajemen kas. Model ini mengasumsikan pengeluaran yang kontinyu dan mencoba menetapkan jumlah saldo kas yang harus ada dan yang ekonomis.
A.3  Latar Belakang (Piutang)
Penjualan barang atau jasa adalah merupakan sumber pendapatan perusahaan. Dalam melaksanakan penjualan kepada para konsumen,perusahaan dapat melakukannya secara tunai atau secara kredit. Sudah barang tentu perusahaan akan lebih menyukai jika transaksi penjualan dapat dilakukan secara tunai, karena perusahaan akan segera menerima kas dan kas tersebut dapat segera digunakan kembali untuk mendatangkan pendapatan selanjutnya. Di pihak lain para konsumen  umumnya lebih menyukai bila perusahaan dapat melakukan penjualan secara kredit, karena pembayaran dapat ditunda. Dalam kenyataannya, penjualan kredit pada kebanyakan menimbulkan adanya piutang atau tagihan. Transaksi kreditpaling sedikit melibatkan dua pihak kreditur, yaitu pihak yang menjualbarang atau jasa dan memperoleh piutang, dan debitur yaitu pihak yang melakukan pembelian dan menjadikan utang.
A.4 Latar Belakang (Persediaan)
Dalam kebanyakan usaha, persediaan (bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi) merupakan unsur yang penting. Sistem yang terinci tentang masalah pengendalian jumlah persediaan telah disusun. Sistem-sistem ini sering kali menggunakan komputer dalam pengarsipan setiap jenis persediaan. Suatu model pengendalian persediaan yang memperhitungkan hasil penjualan, biaya-biaya pemesanan dan biaya penyimpanan bisa dimanfaatkan untuk menentukan EOQ dari setiap jenis persediaan.
Model dasar persediaan mengakui bahwa beberapa jenis biaya  tertentu (seperti biaya-biaya penyimpanan) akan meningkatkan bila persediaan rata-rata yang disimpan bertambah besar, namum jenis biaya-biaya lainnya (biaya pemesanan dan biaya kehabisan persediaan) akan turun bila persediaan meningkat. Biaya pemesanan dan penyimpanan persediaan serta model EOQ dirancang sedemikian rupa agar kuantitas pesanan yang optimum bisa ditentukan; jumlah inilah yang akan meminimisasikan total biya-biaya persediaan.
B.   Rumusan Masalah
Modal Kerja
Adapun rumusan masalah yang penulis rumuskan adalah:
1.      Apa pengertian modal kerja?
2.      Bagaimana konsep modal kerja?
3.      Apa saja jenis modal kerja?
4.      Apa saja faktor yang mempengaruhi modal kerja?
Kas
Adapun rumusan masalah yan penulis rumuskan adalah:
1)            Apa pengertian manajemen kas?
2)            Apa saja motif-motif manajemen kas?
3)            Apa yang dimaksud dengan model Baumol?
Piutang
Dari latar belakang diatas maka dirumuskanlah beberapa masalah dibawah ini :
1)      Apa yang dimaksud dengan piutang?
2)      Apa saja ruang lingkup manajemen piutang?
3)      Apa saja jenis piutang?
Persediaan
1)            Apa yang dimaksud dengan Persediaan?
2)            Apa saja jenis-jenis persediaan?
3)            Apa yang dimaksud dengan EOQ?



C.    Tujuan
            Makalah ini kami buat untuk membahas masalah manajemen modal kerja serta hal-hal yang berkaitan dengannya. Semoga dengan adanya makalah ini bisa menambah wawasan ilmu pengetahuan kita tentang manajemen Modal kerja, kas, piutang dan persediaan.


BAB II
MANAJEMEN MODAL KERJA
A.    Pengertian Modal Kerja
Gitman (2001) menjelaskan bahwa modal kerja adalah jumlah harta lancar yang merupakan bagian dari investasi yang bersirkulasi dari satu bentuk ke bentuk yang lain dalam suatu kegiatan bisnis. Weston dan Brigham (1986) menjelaskan bahwa manjemen modal kerja adalah investasi perusahaan dalam jangka pendek: kas, surat-surat berharga (efek), piutang, dan persediaan.
Pengertian modal kerja adalah jumlah kekayaan atau aktiva lancar, seperti kas atau uang tunai di peti kas dan di bank, piutang usaha dan persediaan bahan baku, bahan pembantu, dan barang jadi, ditambah kewajiban atau pasiva lancar, seperti hutang usaha dan pinjaman jangka pendek. Dengan demikia maka manajemen modal kerja merupakan semua kegiatan dalam rangka pengelolaan aktiva lancar dan pasiva lancar.

B.     konsep modal kerja
Bambang Riyanto (1995) mengemukakan modal kerja dapat dibagi menjadi 3 konsep yaitu konsep kuantitatif, kualitatif, dan fungsional.
1.      Konsep Kuantitatif  
Modal kerja menurut konsep kuantitatif menggambarkan keseluruhan atau jumlah dari aktiva lancar seperti kas, surat-surat berharga, piutang persediaan atau keseluruhan daripada jumlah aktiva lancar dimana aktiva lancar ini sekali berputar dan dapat kembali ke bentuk semula atau dana tersebut dapat bebas lagi dalam waktu yang relatif pendek atau singkat. Konsep ini biasanya disebut modal kerja bruto (gross working capital).  
Berdasarkan konsep tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa konsep tersebut hanya menunjukkan jumlah dari modal  kerja yang digunakan untuk menjalankan kegiatan operasi perusahaan sehari-hari yang sifatnya rutin, dengan tidak mempersoalkan dari mana diperoleh modal kerja tersebut, apakah dari pemilik hutang jangka panjang ataupun hutang jangka pendek. Modal kerja yang besar belum tentu menggambarkan batas keamanan atau margin of safety yang baik atau tingkat keamanan para kreditur jangka pendek yang tinggi. Jumlah modal kerja yang besar belum tentu menggambarkan likuiditas perusahaan yang baik sekaligus belum tentu menggambarkan jaminan kelangsungan operasi perusahaan pada periode berikutnya.

2.      Konsep Kualitatif
Menurut konsep kualitatif modal kerja merupakan selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. Berdasarkan konsep ini modal kerja merupakan sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahan tanpa menunggu likuiditasnya. Konsep ini biasa disebut dengan modal kerja neto (net working capital).  
Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancar dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan operasi di masa mendatang dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan jangka pendek dengan jaminan aktiva lancar.
3.      Konsep Fungsional
Modal kerja menurut konsep inimenitik beratkan pada fungsi dari pada dana dalam menghasilkan dana atau income dari usaha pokok perusahaan. Setiap dana yang digunakan dlam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada dana yang digunakan dalam satu periode akuntansi tertentu yang menghasilkan pendapatan pada periode tersebut. Sementara itu, ada pula dan aynag dimaksudkan utuk menghasilkan pada periode2periode selanjutnya atau dimasa yang akan datang, misalnya bangunan, mesin-mesin, alat-alat kantor atau aktiva tetap lainnya yang disebut future income. Jadi modal kerja menurut konsep ini adalah dana digunakan untuk menghasilkan pendapata pada saat ini sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan, diantaranya kas, piutang dagang. Dan lain sebagainya.
Sedangkan efek atau surat berharga dan marjin laba dari piutang merupakan modal kerja potensial yang akan menjadi modal kerja bila piutang sudah dibayar dan efek sudah dijual.
C.     Jenis Modal Kerja
Menurut WB. Taylor da Bambang Rianto (1995) Modal Kerja digolongkan dalam beberapa jenis yaitu
1.      Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, modal kerja ini terdiri dari :
a.    Modal kerja primer (Primary Working Capital)
Modal kerja primer merupakan jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjaga kontinuitas usahanya atau modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kegiatan usahanya.
b.    modal kerja normal
Modal kerja normal adalah modal kerja dibutuhkan untuk proses produksi normal.
2.      Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, modal kerja ini terdiri dari :
a.       Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital)
Modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi musim.
b.      Modal kerja siklis (Cyclical Working Capital)
Modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur.
c.       Modal kerja darurat (Emergency Working Capital)
Modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perobahan keadaan ekonomi yang mendadak).
D.    Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja
Modal kerja perusahaan dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu:
a.       Volume Penjualan
Perusahaan membutuhkan modal kerja untuk mendukung kegiatan operasional pada saat terjadi peningkatan penjualan.
b.      Faktor Musim dan Siklus
Fluktuasi dalam penjualan yang disebabkan oleh faktor musim dan siklus akan mempengaruhi kebutuhan akan modal kerja.
c.       Perubahan dalam teknologi
Jika terjadi pengembangan teknologi maka akan berhubungan dengan proses produksi dan akan membawa dampak terhadap kebutuhan akan modal kerja
d.      Kebijakan Perusahaan
Kebijakan yang diterapkan oleh perusahaan juga akan membawa dampak terhadap kebutuhan modal kerja.
E.     Penentuan Besarnya Kebutuhan Modal Kerja
Besar Kecilnya Modal Kerja tergantung dari dua faktor :
1.      Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja
Merupakan keseluruhan atau jumlah dari periode yang meliputi jangka waktu pemberian kredit beli, lama penyimpanan bahan mentah di gudang, lamamya proses produksi, lamanya barang di simpan digudang, jangka waktu penerimaan piutang.
2.      Pengeluaran kas rata-rata setiap hari
Merupakan jumlah pengeluaran kas rata-rata setiap hari untuk keperluan bahan mentah, bahan pembantu, pembayaran upah buruh, dan lain-lain.


Modal kerja makin besar jika:
1.      Jumlah pengeluaran kas setiap tetap, periode perputaran lama
2.      Periode perputaran tetap, jumlah pengeluaran kas besar
BAB III
MANAJEMEN  KAS

1.  Pengertian Kas
Kas merupakan salah satu bagian dari aktiva yang memiliki sifat paling lancar (paling likuid) dan paling mudah berpindah tangan dalam suatu transaksi. Transaksi tersebut misalnya untuk pembayaran gaji atau upah pekerja, membeli aktiva tetap, membayar hutang, membayar dividen dan transaksi lain yang diperlukan perusahaan. Kas merupakan aktiva yang tidak dapat langsung menghasilkan ‘laba’, dalam arti tidak bisa untuk mendapatkan laba secara langsung dalam operasi perusahaan. Kas perlu dikelola secara efektif dan efisien supaya pemanfaatan kas dapat optimal.
Kas dibutuhkan untuk operasional sehari-hari (sebagai modal kerja) maupun untuk pembelian aktiva tetap memiliki sifat kontinyu dan tidak kontinyu. Kebutuhan kas kontinu atau yang terus menerus misalnya bagian produksi untuk membeli bahan baku, bahan penolong, membayar upah tenaga kerja harian dan gaji karyawan tetap, membayar biaya pemeliharaan, membeli suplies kantor habis pakai atau perlengkapan pabrik dan pengeluaran tunai lainnya. Tanpa ada kas yang cukup kegiatan produksi akan terganggu dan akibatnya mengganggu bagian lain yang terkait. Bagian pemasaran membutuhkan kas untuk membayar biaya iklan, promosi, membayar biaya angkut dsb.  Tanpa ada kas yang cukup kegiatan pemasaran terganggu dalam menjual produk yang dihasilkan. Kebutuhan kas untuk berbagai pembayaran tersebut merupakan aliran kas keluar (cash outflow) atau termasuk dalam pembelanjaan aktif. Sedangkan kebutuhan kas yang tidak kontinyu atau tidak rutin untuk pembelian aktiva tetap, pembayaran angsuran hutang, pembayaran dividen, pembayaran pajak, dsb.
Aliran kas masuk (cash inflow) atau termasuk dalam pembelanjaan pasif merupakan aliran sumber-sumber dari mana kas diperoleh. Aliran kas masuk juga ada yang sifatnya terus menerus (rutin) dan tidak terus menerus (tidak rutin). Aliran kas masuk yang kontinyu (rutin) sebagian besar berasal dari penjualan produk utama perusahaan yang dijual secara tunai, dan juga dari penerimaan piutang yang telah dijadwalkan sesuai dengan penjualan kredit yang dilakukan. Penerimaan kas yang tidak rutin antara lain penerimaan dari uang sewa gedung, penjualan aktiva yang tidak terpakai, penerimaan modal saham dari para investor, penerimaan hutang atau kredit dari bank, dan penerimaan bunga.
Dengan adanya aliran kas masuk dan aliran kas keluar yang kontinyu dan tidak kontinyu, maka sangat penting usaha pengelolaan kas ini. Perimbangan pengeluaran dan penerimaan kas harus disesuaikan dengan kepentingan perusahaan. Perusahaan harus menentukan berapa besarnya kas minimal yang harus ada, dan menentukan berapa kas yang ideal boleh disimpan sehingga operasi perusahaan tidak terganggu dan kas yang ada tidak menganggur terlalu lama.
2.  Persediaan Kas Minimal
Jumlah uang kas minimal yang harus ada di perusahaan berbeda-beda antara yang satu dengan lainnya, hal ini sangat tergantung pada besar kecilnya dan kemampuan perusahaan. Di samping itu kas minimal juga tergantung pada prediksi atau estimasi besarnya aliran kas masuk dan kas keluar beserta penyimpangannya. Estimasi aliran kas keluar perlu mempertimbangkan adanya biaya yang keluar secara tunai dan biaya yang tidak tunai. Dalam perencanaan kas, biaya yang tidak tunai seperti penyusutan tidak diperhitungkan dalam menentukan jumlah kas minimal perusahaan. Hubungan baik dengan pihak perbankan, suplier dan perantara juga mempengaruhi besarnya persediaan kas minimal yang harus dijaga oleh perusahaan.
Perusahaan harus memiliki persediaan kas minimal yang harus ada setiap saat, atau sering disebut persediaan besi (safety cash). Persediaan minimal kas pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan persediaan minimal pada persediaan barang. Persediaan kas minimal ini bertujuan untuk menjaga agar kelangsungan operasi perusahaan tetap terjamin dan dapat memenuhi kewajiban finansial perusahaan apabila sewaktu-waktu harus dibayar. Kewajiban finansial ini dapat berupa hutang lancar maupun biaya-biaya baik biaya tetap maupun biaya variabel yang harus segera harus dibayar untuk kelangsungan operasi perusahaan. Ketersediaan kas dalam perusahaan merupakan hal yang mutlak.
Kas merupakan salah satu aktiva yang memiliki likuiditas paling tinggi. Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus segera dipenuhi atau kewajiban jangka pendek. Kewajiban perusahaan kepada pihak kreditur jangka pendek maupun kewajiban dalam pembiayaan operasi perusahaan sehari-hari demi kelangsungan produksi. Aktiva lancar sebagai modal kerja akan dibandingkan dengan jumlah hutang lancar sebagai kewajiban finansial yang harus segera dipenuhi perusahaan. Likuiditas, khususnya dilihat dari kas yang tersedia dapat juga dibandingkan dengan hutang lancar yang ada. Perbandingan antara kas dengan hutang lancar disebut rasio kas (cash ratio). Rasio kas yang tinggi menunjukkan kemampuan membayar hutang lancar juga tinggi. Besarnya kas yang cukup baik dan aman menurut HG. Guthmann  adalah antara 5% s/d 10% dari aktiva lancar yang ada. Jumlah kas yang kurang dari 5% dari aktiva lancar akan menyulitkan operasi perusahaan. Standar jumlah kas 5% sampai dengan 10% ini biasanya layak untuk perusahaan manufaktur. Bagi perusahaan jasa perbankan, jumlah kas biasanya akan lebih besar lagi. Semakin besar jumlah kas yang tersedia di perusahaan, maka makin tinggi pula likuiditasnya. Persediaan kas yang terlalu besar yang berarti likuiditasnya tinggi bukan berarti perusahaan tersebut baik, sebab kas yang terlalu besar berakibat pemanfaatan kas tersebut kurang efisien karena kas tersebut menganggur dan tidak menghasilkan keuntungan.
3  Motif Memiliki Kas
Perusahaan memiliki kas pada dasarnya sesuai dengan teori “ Liquidity preference” dari J.M. Keynes yaitu menguasai atau memiliki uang berbentuk tunai ada tiga motif atau tiga tujuan.
Pertama, motif transaksi (transaction motive) atau kebutuhan kas untuk transaksi artinya perusahaan memiliki kas untuk keperluan realisasi berbagai transaksi bisnisnya, baik transaksi yang bersifat rutin maupun yang tidak rutin. Memiliki kas yang cukup untuk transaksi sangat diperlukan dalam operasional sehari-hari seperti pembayaran upah, pembelian bahan baku, pembelian bahan penolong, biaya administrasi, biaya kantor dan pembayaran tunai lainnya. Pembelian aktiva tetap dan kegiatan lain merupakan kegiatan transaksi perusahaan yang pengeluaran kasnya direncanakan untuk jangka panjang.
Kedua, motif berjaga-jaga (precautionary motive) atau kebutuhan kas untuk berjaga-jaga artinya perusahaan memiliki kas untuk mengantisipasi berbagai kebutuhan yang mendadak. Kebutuhan kas untuk berjaga-jaga dimaksudkan untuk mengantisipasi aliran kas masuk dan keluar yang tidak kontinyu dan sulit diperkirakan. Pengeluaran yang mendadak atau tiba-tiba muncul dan harus dibayar akan menyulitkan perusahaan apabila tidak memiliki cadangan kas yang cukup. Pengeluaran kas untuk keperluan yang mendadak biasanya tidak diperkirakan sebelumnya, oleh karena itu perusahaan perlu memiliki kas yang cukup untuk berjaga-jaga. Pada motif berjaga-jaga perusahaan menetapkan saldo kas minimum yang besarnya tergantung pada indikator dari penyimpangan aliran kas yang dianggarkan. Penerimaan dan pengeluaran perusahaan diprediksi melalui anggaran kas atau cash budget. Jika penerimaan dan pengeluaran dapat diprediksi dengan tepat, maka kebutuhan kas yang bersifat mendadak bisa ditentukan sekecil mungkin berarti saldo kas minimum kecil, tetapi jika penerimaan dan pengeluaran tidak dapat diprediksi dengan tepat, maka membutuhkan saldo kas minimum yang cukup besar.
Ketiga, motif spekulasi (speculatif motive) atau kebutuhan kas untuk berspekulasi. Kebutuhan kas untuk spekulasi dimaksudkan agar perusahaan dapat memanfaatkan kesempatan apabila ada barang yang dapat dibeli secara lebih murah. Perusahaan berspekulasi dalam pembelian bahan mentah yang jumlahnya melebihi kebutuhan, karena menurut prediksi bahan mentah tersebut harganya akan naik secara signifikan di masa yang akan datang. Untuk mengurangi risiko kenaikan harga tersebut, maka perusahaan dapat membelinya saat ini, dengan sendirinya harus dipertimbangkan biaya-biaya yang muncul akibat penyimpanan barang tersebut dan risiko kerusakannya. Contoh lain, perusahaan memiliki kas untuk memperoleh keuntungan yang besar dari kesempatan investasi yang bersifat likuid. Dalam kondisi ekonomi yang lesu dan harga saham turun drastis, maka perusahaan membeli saham dengan harapan harga saham meningkat setelah kondisi ekonomi membaik.
Pentingnya kas bagi operasi perusahaan telah diketahui, namun sulit menentukan berapa besarnya kas yang harus disediakan dan kapan waktu yang tepat, agar pemanfaatan kas tersebut dapat efektif dan efisien. Ditinjau dari waktu kapan terjadinya kas masuk dan kas keluar, kebutuhan dapat dikelompokkan menjadi kebutuhan kas jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Kebutuhan kas keluar jangka pendek biasanya akan menghasilkan kas masuk dalam jangka pendek. Kebutuhan kas untuk jangka panjang juga akan menghasilkan kas masuk dalam jangka panjang. Contoh, investasi penambahan mesin, merupakan kebutuhan kas untuk masa waktu yang lama dan hasil yang diharapkan juga dalam waktu yang panjang. Kebutuhan kas untuk melaksanakan promosi berupa iklan akan menghasilkan kenaikan kas masuk dari kenaikan penjualan dalam jangka waktu yang panjang di masa yang akan datang.
4  Model Manajemen Kas
Model manajemen kas, ada dua macam yaitu pertama model yang dikembangkan oleh William J.  Baumol dan kedua model yang dikembangkan oleh Merton H. Miller dan Daniel Orr.
A. Model Baumol
Model manajemen kas yang dikemukakan oleh William Baumol sering disebut dengan Model Persediaan.  Baumol mengakui ada kesamaan antara manajemen kas dengan manajemen persediaan, jika ditinjau dari aspek keuangan. Baumol menyatakan bahwa saldo kas yang ada dalam perusahaan diperlakukan sama dengan persediaan barang. Model Economic Order Quantity (EOQ) yang digunakan untuk menghitung pesanan barang yang paling ekonomis. Konsep EOQ ini juga berlaku dalam perhitungan persediaan kas yang paling ekonomis atau saldo kas yang ditargetkan. Model Baumol ini mengasumsikan bahwa perusahaan menggunakan kas dengan pola yang konstan baik kebutuhan kas, aliran kas masuk maupun aliran kas keluarnya. Misalnya rencana penggunaan kas suatu perusahaan selama seminggu  sebesar  Rp. 5.000.000.  Aliran  kas  masuk  diperkirakan  sebesar Rp. 4.000.000 per minggu, oleh karena itu kebutuhan kas bersih atau kas keluar bersih sebesar Rp. 5.000.000 - Rp. 4.000.000 = Rp. 1.000.000,-. Keadaan posisi kas tersebut akan terlihat sebagai berikut:







 









Gambar 1. Saldo Kas Menurut Model Baumol
Gambar tersebut menunjukkan bahwa apabila perusahaan mulai bekerja (awal waktu) dengan saldo kas sebesar C = Rp. 3.000.000 (saldo kas maksimum). Jika kas keluar bersih per minggu sebesar Rp. 1.000.000, maka saldo kasnya akan menjadi nol pada akhir minggu ketiga. Rata-rata saldo kas yang ada sebesar C / 2 = Rp. 3.000.000 : 2 = Rp. 1.500.000. Pada awal minggu ketiga, perusahaan harus mengisi kasnya kembali dengan jumlah yang tetap yaitu sebesar Rp. 3.000.000 demikian seterusnya. Apabila jumlah kas maksimum dinaikkan menjadi sebesar  Rp. 6.000.000 dan kebutuhan kas keluar bersih tetap sebesar Rp. 1.000.000 per minggu, maka jangka waktu pemakaiannya akan lebih lama yaitu selama 6 minggu. Dengan demikian saldo kas rata-ratanya akan naik menjadi Rp. 6.000.000 : 2 = Rp. 3.000.000,-. Apabila kas tersebut diperoleh dari pinjaman, maka biaya transaksi peminjaman akan lebih kecil apabila frekuensi peminjamannya lebih kecil atau jumlah saldo kas yang dimiliki diperbesar. Artinya apabila jumlah uang kas yang dipinjam besar dalam sekali pinjam, maka frekuensi peminjamannya kecil sehingga biaya administrasinya juga kecil. Di lain pihak terjadi sebaliknya, dengan saldo kas yang semakin besar maka pendapatan yang diperoleh akan semakin kecil karena banyak kas yang menganggur. Hal ini karena kas yang menganggur tidak dapat menghasilkan pendapatan, kecuali kas menganggur tersebut diinvestasikan dalam surat berharga atau deposito bank. Oleh karena itu perlu ditentukan berapa besarnya jumlah kas yang optimal bagi perusahaan. Baumol memberikan formula untuk menentukan jumlah kas yang optimal dengan konsep EOQ tersebut di atas, yaitu:


C =
 
 





di mana:      C =        jumlah kas yang optimal
F =   biaya tetap untuk memperoleh pinjaman atau menjual sekuritas
T   =   jumlah kas untuk transaksi selama periode tertentu
k   = biaya kesempatan dari kas yang dimiliki. Biaya kesempatan merupakan penghasilan yang seharusnya dapat diperoleh dari kas yang menganggur.
Berikut ini diberikan contoh sehingga memberikan gambaran yang lebih jelas:
Suatu perusahaan mengeluarkan biaya tetap berupa bunga per tahun sebesar Rp. 150.000. Jumlah kebutuhan kas untuk kegiatan perusahaan per minggu sebesar Rp. 1.000.000, sehingga setahun = 52 x Rp. 1.000.000 = Rp. 52.000.000,-. Besarnya penghasilan investasi yang diharapkan sebesar 15% per tahun. Sehingga jumlah kas optimal yang diperlukan perusahaan adalah:
C =
C =  = Rp. 10.198.039,-

Jadi kas optimal perusahaan tersebut adalah sebesar Rp. 10.198.039,-. Jumlah frekuensi transaksi yang harus dilakukan sebanyak = Rp. 52.000.000 / Rp. 10.198.039 = 5,09 kali atau sebanyak 5 kali. Sedangkan rata-rata saldo kas = Rp. 10.198.039 : 2 = Rp. 5.099.019,5 atau sebesar Rp. 5.099.020,-. Dari contoh tersebut, model Baumol terlalu sederhana, terutama dengan asumsi mengenai aliran kas masuk dan keluar yang dianggap konstan dan diperkirakan dengan tepat tanpa mengindahkan adanya situasi musiman atau fluktuasi ekonomi. Pada model Baumol ada asumsi yang sulit untuk dipenuhi yaitu pemakaian kas setiap waktunya sama atau konstan, oleh karena itu tidak cocok untuk kondisi ketidakpastian pemakaian kas. Untuk mengatasi perubahan aliran kas masuk dan kas keluar yang tidak konstan, dapat dilakukan dengan model Miller dan Orr.
B. Model Miller and  Orr
Model Miller dan Orr merupakan model penentuan persediaan apabila aliran kas masuk dan keluar tidak konstan. Konsep Miller dan Orr menyatakan bahwa perusahaan harus menetapkan jumlah saldo kas yang paling tinggi sebagai batas atas dan saldo kas terendah sebagai batas bawah. Apabila saldo kas telah mencapai batas atas, maka perusahaan hendaknya merubah sebagian kas tersebut ke dalam bentuk surat berharga agar saldo kas kembali pada jumlah yang ideal. Sebaliknya, apabila jumlah saldo kas telah mencapai batas minimal (batas bawah), maka perusahaan dapat merubah sekuritas yang ada menjadi kas sehingga mencapai jumlah saldo kas yang ideal.
Apabila saldo kas mengalami penurunan hingga mencapai nol, maka perusahaan harus segera mengubah sekuritasnya menjadi kas senilai saldo kas optimal. Apabila saldo kas semakin membesar, maka pada batas atas uang kas harus diubah menjadi sekuritas.
Rumus model Miller dan Orr untuk menentukan jumlah saldo kas yang optimal sebagai berikut:


Z =
 
 






di mana:         T          = biaya tetap untuk melakukan transaksi
s2   = varian dari aliran kas masuk bersih sebagai penyebaran arus kas
i       = tingkat bunga harian untuk investasi pada surat berharga (sekuritas)

Nilai maksimal sebagai batas atas (diberi notasi h) adalah sebesar 3 z. Sedangkan rata-rata saldo kas kurang lebih sebesar (z  + h) / 3. Jumlah saldo kas sebagai batas minimal besarnya adalah nol. Untuk lebih jelasnya kita lihat gambar berikut ini.


 












Gambar 2. Batas-batas Pengawasan Kas Model Miller dan Orr

Contoh  Suatu perusahaan mengeluarkan biaya transaksi sebesar Rp. 5.000 setiap kali transaksi. Deviasi standar (s) aliran kas masuk sebesar Rp. 100.000. Tingkat bunga per tahun sebesar 12%. Batas minimal kas yang tersedia sebagai batas bawah sebesar nol rupiah. Satu tahun dihitung 360 hari. Maka jumlah persed iaan kas yang diinginkan perusahaan adalah:
            Z =
            Z =  = Rp. 482.745,-

Jadi jumlah kas yang diinginkan perusahaan sebesar Rp. 482.745,-. Nilai batas atas adalah 3 z yaitu = 3 (Rp. 482.745) = Rp. 1.448.235,-. Batas atas jumlah kas tersebut menunjukkan batas maksimal kas yang optimal tersedia di perusahaan. Ketika kas mencapai batas atas tersebut (Rp. 1.448.235), maka perusahaan harus merubah sebagian kas tersebut sebesar Rp. 965.490 (dari Rp. 1.448.235 – Rp. 482.745) menjadi surat berharga agar saldo kas kembali sebesar Rp. 482.475 sesuai dengan yang diinginkan perusahaan. Sedangkan ketika kas perusahaan sampai batas minimal, dalam hal ini nol rupiah, maka perusahaan harus menjual surat berharganya sebesar                  Rp. 482.475 agar saldo kas kembali ke jumlah Rp. 482.475 sesuai dengan yang diinginkan perusahaan. Untuk menentukan besarnya kas yang harus disediakan dan kapan waktu yang tepat, agar pemanfaatan kas dapat efektif dan efisien perlu mengetahui anggaran kas atau Cash budget.
5.  Anggaran Kas atau Cash budget
Anggaran kas atau cash budget merupakan skedul yang menyajikan perkiraan aliran kas masuk dan kas keluar suatu perusahaan selama periode tertentu pada waktu yang akan datang. Anggaran kas, sebagai proyeksi posisi kas yang berupa penerimaan dan pengeluaran kas  pada saat tertentu di masa yang akan datang. Periode penyusunan anggaran kas ini dapat disusun untuk waktu tahunan, triwulanan, bulanan, mingguan atau bahkan harian. Perusahaan pada umumnya menggunakan anggaran kas bulanan yang disusun untuk jangka waktu 3 bulan, 6 bulan sampai 12 bulan. Anggaran kas untuk jangka waktu yang lebih panjang digunakan untuk perencanaan yang bersifat umum dan menyeluruh, sedangkan anggaran dalam jangka waktu yang lebih pendek biasanya untuk pengendalian kas yang lebih riil dan spesifik.
Anggaran kas sangat penting untuk menjaga likuiditas dan kelangsungan usaha, sebab dengan menyusun anggaran kas dapat diprediksi waktu atau kapan perusahaan mengalami defisit dan kapan mengalami surplus kas. Pada periode yang mengalami defisit kas, bisa segera disiapkan sumber dana menutupnya. Defisit dapat ditutup dari pinjaman pihak bank atau dengan mencari modal sendiri. Apabila mengalami surplus kas bisa direncanakan untuk investasi pada instrumen investasi yang sesuai likuiditasnya atau merencanakan pemanfaatan kas untuk kegiatan yang lebih menguntungkan. Hal ini dilakukan agar jangan sampai terjadi kelebihan kas terlalu besar, sehingga ada sejumlah kas yang menganggur yang tidak mendatangkan pendapatan serta tidak efisien. Keberadaan kas sebagai bagian dari aktiva lancar akan berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan.
Fokus anggaran kas meliputi dua bagian yaitu: 1. penerimaan kas yang direncanakan dan 2. pengeluaran kas yang direncanakan. Merencanakan aliran uang kas masuk dan kas keluar memberikan saldo posisi awal dan saldo akhir kas yang direncanakan untuk jangka waktu tertentu.
1.  Penerimaan kas yang direncanakan atau estimasi penerimaan kas yaitu proyeksi penerimaan pada waktu tertentu baik yang berasal dari penerimaan penjualan tunai, penerimaan piutang, penerimaan bunga, hasil penjualan aktiva tetap maupun penerimaan lainnya.
2.   Pengeluaran kas yang direncanakan atau estimasi pengeluaran kas yaitu proyeksi pengeluaran yang dilakukan perusahaan, seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah dan gaji, pengeluaran tunai biaya pemasaran, biaya administrasi, pembayaran hutang, pembayaran pajak dan pembayaran lainnya yang bersifat tunai.
Setelah mengadakan estimasi pada masing-masing periode, langkah selanjutnya membandingkan hasil estimasi penerimaan dengan estimasi pengeluaran kas.
Perencanaan aliran uang kas masuk dan keluar akan menunjukkan:
1.  Kebutuhan untuk membiayai kekurangan kas yang mungkin terjadi, atau
2. Kebutuhan terhadap perencanaan investasi atas kelebihan uang pada penggunaan yang mendatangkan keuntungan.
Anggaran kas secara langsung berhubungan dengan rencana lainnya, seperti anggaran penjualan, anggaran piutang, anggaran biaya-biaya, dan anggaran pengeluaran modal, namun anggaran tersebut tidak secara otomatis langsung berpengaruh terhadap anggaran kas. Anggaran kas menekankan arus kas masuk dan keluar pada saat tertentu, oleh karena itu, tujuan anggaran kas yaitu:
1.   Membuat taksiran posisi kas pada setiap akhir periode dari kegiatan operasi perusahaan baik periode bulanan ataupun tahunan.
2.   Mengetahui adanya kelebihan atau kekurangan kas yang terjadi pada periode tertentu.
3.   Merencanakan besarnya kas untuk menutup kekurangan (defisit) yang terjadi.
4.   Menentukan besarnya kas untuk pembayaran-pembayaran dan kelebihan kas yang dapat digunakan untuk melakukan investasi.
5.   Mengetahui waktu kapan suatu pinjaman atau kewajiban lainnya harus dibayar.


6. Penyusunan Anggaran Kas
Penyusunan anggaran kas memberikan gambaran tentang sumber penerimaan kas, pos-pos pengeluaran kas, saat terjadinya kelebihan atau kekurangan kas, dan saat pembayaran pinjaman dan bunga pinjaman. Penyusunan anggaran kas ini dilakukan melalui beberapa tahap:
1.  Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran dari operasi perusahaan (transaksi operasi). Rencana penerimaan berasal dari penjualan tunai, penerimaan piutang, pendapatan bunga, pendapatan sewa, dan pendapatan lain yang diperoleh perusahaan. Sedangkan estimasi pengeluaran meliputi pembelian tunai, pembayaran hutang, pembayaran gaji, pembayaran bunga dan pembayaran biaya-biaya lainnya. Dengan estimasi penerimaan dan pengeluaran ini dapat diketahui pula adanya defisit atau surplus yang terjadi.
2. Menyusun estimasi atau rencana transaksi finansial, yaitu transaksi yang berhubungan dengan estimasi kebutuhan dana yang diperoleh dari pinjaman untuk menutup defisit yang terjadi beserta estimasi pembayaran pinjaman tersebut beserta bunganya.
3. Menyusun anggaran kas final, yaitu meliputi transaksi operasi dan transaksi fmansial. Di sini terlihat anggaran kas secara keseluruhan dari estimasi penerimaan dan pengeluaran kas.
    BAB IV
MANAJEMEN PIUTANG
 2.1   Pengertian Piutang
Piutang merupakan salah satu unsur dari aktiva lancar dalam neraca perusahaan yang timbul akibat adanya penjualan barang dan jasa atau pemberian kredit terhadap debitur yang pembayaran pada umumnya diberikan dalam tempo 30 hari (tiga puluh hari) sampai dengan 90 hari     (sembilan puluh hari). Dalam arti luas, piutang merupakan tuntutan terhadap pihak lain yang berupa uang, barang-barang atau jasa-jasa yang dijual secara kredit. Piutang bagi kegunaan akuntansi lebih sempit pengertiannya yaitu untuk menunjukkan tuntutan-tuntutan pada pihak luar perusahaan yang diharapkan akan diselesaikan dengan penerimaan jumlah uang tunai.
Pada umumnya piutang timbul akibat dari transaksi penjualan barang dan jasa perusahaan, dimana pembayaran oleh pihak yang bersangkutan baru akan dilakukan setelah tanggal transaksi jual beli.  Mengingat piutang merupakan harta perusahaan yang sangat likuid maka harus dilakukan prosedur yang wajar dan cara-cara yang memuaskan dengan para debitur sehingga perlu disusun suatu prosedur yang baik demi kemajuan perusahaan.
Piutang  dapat digolongkan dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain”.
Menurut Soemarso piutang usaha adalah atau penyerahan aktiva atau jasa lain kepada pihak dengan siapa ia berpiutang:“Perusahaan mempunyai hak klaim terhadap seseorang atau perusahaan lain dengan adanya hak klaim ini perusahaan dapat menuntut pembayaran dalam bentuk uang”.
Piutang usaha menunjukkan klaim yang akan dilunasi dengan uang yang tidak didukung dengan janji tertulis yang timbul dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan perusahaan. Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang usaha adalah tagihan yang tidak didukung dengan janji tertulis yang hanya dilengkapi oleh surat jalan, faktur/tanda terima lainnya yang telah ditandatangani oleh debitur sehingga pernyataan telah menerima barang ada didalam surat-surat tersebut.
Selain itu pengertian piutang yang pada umumnya digolongkan dalam aktiva lancar yang berarti  bahwa tagihan-tagihan pada pihak lain yang nantinya akan diminta pembayarannya dalam jangka waktu yang tidak lama (kurang dari satu tahun) yang biasanya digolongkan dalam piutang jangka pendek.
Piutang usaha jangka pendek dapat dibagi atas dua yaitu:
1)      Piutang usaha/piutang terhadap langganan
Piutang usaha/piutang terhadap langganan dalam perkiraan piutang usaha dicatat sebagai tagihan yang timbul dari penjualan barang atau jasa yang merupakan usaha perusahaan yang normal/kurang dari 1 tahun, disajikan dalam neraca sebagai aktiva lancar, tetapi apabila telah lebih dari jangka waktu 1 tahun maka akan dilaporkan sebagai aktiva tidak lancar. Jadi tagihan kepada langganan yang biasanya disebut piutang dagang adalah tuntutan keuangan terhadap pihak lain baik perorangan maupun organisasi-organisasi atau debitur-debitur lainnya.
2)      Piutang yang akan diterima
Piutang yang akan diterima merupakan kontrak prestasi yang sebenarnya sudah menjadi hak perusahaan, akan tetapi belum/tidak saatnya untuk diterima, piutang ini timbul pada suatu akhir periode dimana sebenarnya tagihan tersebut akan diterima pada periode yang akan datang.
Adapun hal-hal yang termasuk dalam piutang yang akan diterima adalah:
a)      Bunga yang masih harus diterima yang timbul dari aktiva yang dimiliki perusahaan, seperti wesel tagih dan bon.
b)      Piutang sewa yang masih harus diterima yang timbul dari hasil penyewaan, seperti gedung, mobil dan alat-alat besar lainnya.
c)      Pendapatan piutang merupakan pendapatan yang akan diterima sebagai hasil investasi dalam perusahaan.

Penggolongan piutang dan umur piutang dapat digolongkan ke dalam 4 jenis, yaitu:
a)      Piutang lancar adalah piutang yang diharapkan tertagihnya dalam 1 tahun atau siklus usaha normal
b)      Piutang tidak lancar adalah tagihan/piutang yang tidak dapat ditagih dalam jangka waktu 1 tahun
c)      Piutang yang dihapuskan adalah suatu tagihan yang tidak dapat ditagih lagi dikarenakan pelanggan mengalami kerugian/bangkrut (tidak tertagih)
d)     Piutang dicadangkan adalah tagihan yang disisihkan sebelumnya untuk menghindari piutang tidak tertagih

2.2   Ruang Lingkup Manajemen Piutang
Piutang merupakan aktiva lancar yang diharapkan dapat dikonversi menjadi kas dalam waktu satu tahun atau dalam satu periode akuntansi. Piutang pada umumnya timbul dari hasil usaha pokok perusahaan. Namun selain itu, piutang juga dapat ditimbulkan dari adanya usaha dari luar kegiatan pokok perusahaan.
Warren Reeve dan Fess mengklasifikasikan piutang kedalam tiga kategori yaitu piutang usaha, wesel, tagih, dan piutang lain-lain
sebagai berikut :
Piutang Usaha
Piutang usaha timbul dari penjualan secara kredit agar dapat menjual lebih banyak produk atau jasa kepada pelanggan. Transaksi paling umum yang menciptakan piutang usaha adalah penjualan barang dan jasa secara kredit. Piutang tersebut dicatat dengan mendebit akun piutang usaha. Piutang usaha semacam ini normalnya diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang relative pendek, seperti 30 atau 60 hari. Piutang usaha diklasifikasikan di neraca sebagai aktiva lancar.
Wesel Tagih
Wesel tagih adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat perusahaan telah menerbitkan surat utang formal. Sepanjang wesel tagih diperkirakan akan tertagih dalam setahun. Maka biasanya diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar. Wesel biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari 60 hari. Wesel bisa digunakan untuk menyelesaikan piutang usaha pelanggan. Bila wesel tagih dan piutang usaha berasal dari transaksi penjualan maka hal itu kadang-kadang disebut piutang dagang
Piutang lain-lain
Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika piutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihannya lebih dari satu tahun maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan dilaporkan dibawah judul investasi. Piutang lain-lain meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau karyawan perusahaan.
3.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Piutang Usaha
Menurut Bambang Riyanto, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi piutang usaha adalah sebagai berikut:
a)      Volume Penjualan Kredit
Makin besar proporsi penjualan kredit dari total penjualan maka jumlah investasi dalam piutang juga demikian. Artinya, perusahaan harus menyediakan investasi yang lebih besar dalam piutang dan meski berisiko semakin besar, profitabilitasnya juga akan meningkat
b)      Syarat Pembayaran Penjualan Kredit
Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat artinya keselamatan kredit lebih diutamakan dari profitabilitasnya. Syarat pembayaran yang ketat antara lain tampak dari batas waktu pembayaran yang pendek atau pembebanan bunga yang berat untuk pembayaran piutang terlambat. Umumnya, syarat pembayaran penjualan kredit dinyatakan dengan term tertentu, misalnya 2/10 net 30. Ini berarti apabila pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari sesudah waktu penyerahan barang, si pembeli akan mendapatkan potongan tunai sebesar 2% dari harga penjualan, dan pembayaran selambat-lambatnya dilakukan dalam waktu 30 hari sesudah waktu penyerahan barang.
c)      Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit
Dalam penjualan secara kredit, perusahaan dapat menetapkan batas maksimal bagi kredit yang diberikan kepada para pelanggan. Makin tinggi batas waktu yang diberikan kepada pelanggan, makin besar pula dana yang diinvestasikan kedalam piutang.
d)     Kebijakan dalam Penagihan Piutang
Kebijakan dalam menagih piutang, secara aktif ataupun pasif, dapat dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan aktif dalam menagih piutang akan mempunyai pengeluaran dana yang lebih besar untuk membiayai aktivitas ini, namun dapat memperkecil resiko tidak tertagihnya piutang. Perusahaan juga berharap agar pelanggan menyetor pembayaran hutang tepat waktu. Kebijakan ini ditempuh dengan cara:
a. Memungut secara langsung
b. Memberi peringatan dengan mengirim surat kepada pelanggan.

 e)      Kebiasaan Pembayaran Pelanggan
Sebagian pelanggan mempunyai kebiasaan membayar dengan menggunakan kesempatan mendapatkan cash discount, sedang sebagian lagi tidak demikian. Setelah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi piutang usaha, alangkah lebih baik perusahaan memperhatikan faktor-faktor tesebut dengan mengelola piutang usaha secara efektif dan efisien.
4.    Manajemen Piutang Usaha
Piutang yang diberikan perusahaan kepada para langganannya diharapkan dapat tertagih tepat pada waktunya, akan tetapi ada kalanya piutang tidak dapat ditagih kembali. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, perusahaan perlu mengelola piutang.
Menurut Ridwan S.Sunjaya pada umumnya manajer keuangan langsung mengawasi piutang usaha melalui keterlibatannya dalam pengelolaan:
a)      Kebijakan kredit
1)      Seleksi dalam pemberian kredit
Seleksi dalam pemberiaan kredit adalah suatu keputusan dimana seseorang/perusahaan akan memberikan kredit kepada pelanggannya dan berapa besar kredit yang akan diberikan.
Ø  5-K dalam kredit
Lima dimensi utama yang sering digunakan oleh analis kredit perusahaan untuk menganalisa kemampuan pemohon kredit
yaitu:
* Karakater
Meneliti dan memperhatikan sifat pribadi, cara hidup dan status sosial. Hal ini penting karena berkaitan dengan kemauan untuk membayar.
* Kemampuan
Meneliti kemampuan pimpinan perusahaan beserta stafnya dalam meraih penjualan ataupun pendapatan yang dapat diukur dari penjualan yang dicapai pada masa lalu. Hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk membayar.

*  Kapital
Mengukur posisi keuangan secara umum dengan memperhatikan kapital/modal yang dimiliki perusahaan juga perbandingan hutang dan capital.
*  Kolateral
Mengukur besarnya aktiva yang akan diikatkan sebagai kolateral atas kredit.

*  Kondisi
Memperhatikan kondisi perekonomian serta kecenderungan perekonomian yang akan mempengaruhi terhadap jalannya usaha perusahaan.
>  Memperoleh informasi kredit
Jika pelanggan ingin mengetahui persyaratan kredit, biasanya bagian kredit akan memberikan formuilir yang harus diisi tentang keuangan, informasi kredit dan referensi. Melalui permohonan tersebut, perusahaan memperoleh informasi tambahan dari sumber lain. Jika perusahaan sudah pernah memberikan kredit kepada pemohon maka perusahaan mempunyai sejarah dari informasi pembayarannya.
>  Menganalisa informasi kredit
Perusahaan menyusun prosedur khusu untuk digunakan dalam analisa kredit/evaluasi pemohon kredit. Seringkali perusahaan tidak hanya harus menetukan kemampuan kredit dari pelanggan, tetapi juga harus memperkirakan jumlah maksimum kredit yang akan diberikan.
1)      Standar kredit
Standar kredit adalah persyaratan minimum untuk memberikan kredit kepada pelanggan. Hal-hal lain seperti nama baik langganan sehubungan dengan kredit atau pembayaran utang-utang dagangnya baik kepada perusahaan sendiri maupun kepada perusahaan lain, referensi kredit, rata-rata jangka waktu pembayaran utang dagang dan beberapa ratio financial tertentu dari perusahaan langganan akan dapat memberikan suatu dasar penilaian bagi perusahaan sebelum memberikan atau melakuakn penjualan kredit
2)      Persyaratan kredit
Persyaratan kredit adalah syarat pembayaran yang dibutuhkan bagi pelanggan. Misalnya, syarat kredit dinyatakan seperti 2/10 net 30 artinya pembeli menerima potongan sebesar 2% bila pembayaran paling lambat dilakukan dalam waktu 30 hari setelah awal periode kredit. Tetapi jika pelanggan tidak mengambil diskon tunai maka keseluruhan pembayaran harus dilakukan dalam waktu 30 hari setelah awal periode kredit.
b)       Kebijakan penagihan piutang
Kebijakan penagihan piutang adalah sekumpulan prosedur penagihan suatu piutang dagang pada saat jatuh tempo. Perusahaan harus berhati-hati untuk tidak terlalu agresif dalam usaha-usaha mengumpulkan piutang dari para langganannya. Bilamana langganan tidak dapat membayar tepat pada waktunya maka sebaiknya perusahaan menunggu sampai suatu jangka waktu tertentu dianggap wajar sebelum menerapkan prosedur-prosedur pengumpulan piutang. Sejumlah teknik pengumpulan piutang yang biasanya dilakukan oleh perusahaan bilamana langganan atau pembeli belum membayar sampai dengan waktu yang telah ditentukan adalah sebagai berikut:
1. Melalui surat
2. Melalui telepon
3. Melalui kunjungan personal
4. Tindakan yuridis.
Berdasarkan uraian di atas diharapkan perusahaan dapat meminimumkan jumlah piutang yang tidak tertagih sehingga menuntut perusahaan untuk memiliki manajemen piutang yang baik. Manajemen piutang tersebut diharapkan dapat menetapkan kebijakan-kebijakan yang dapat dijadikan pedoman dalam pengendalian piutang.
Perputaran   Piutang
Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan volume penjualan kredit, karena timbulnya piutang disebabkan oleh penjualan barang-barang secara kredit dan hasil dari penjualan secara kredit netto dibagi dengan piutang rata-rata merupakan perputaran piutang.
Nilai dari perputaran piutang tergantung dari syarat pembayaran piutang tersebut. Makin lunak atau makin lama syarat pembayaran yang ditetapkan berarti makin lama modal terikat dalam piutang. Mengenai perputaran piutang.
Pendapat mengenai perputaran piutang menurut Drs. Munawir mengatakan bahwa: “Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang  turn over receivable yaitu, dengan membagi total penjualan kredit neto dengan piutang rata-rata”.
Menurut  Warren Reeve perputaran piutang adalah   “Usaha (account receivable turn over) untuk  mengukur seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun”.
Dari dua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang itu ditentukan dua faktor utama, yaitu penjualan kredit dan rata-rata piutang. Rata-rata piutang dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan piutang awal periode dengan piutang akhir periode dibagi dua. Adakalanya angka penjualan kredit untuk suatu periode tertentu tidak dapat diperoleh sehingga yang digunakan sebagai penjualan kredit adalah angka total penjualan.
Dari uraian di atas maka perputaran piutang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dari definisi dapat diketahui bahwa rasio perputaran yang tinggi mencerminkan kualitas piutang yang semakin baik. Tinggi rendahnya perputaran piutang tergantung pada besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Makin cepat perputaran piutang berarti semakin cepat modal kembali. Tingkat perputaran piutang suatu perusahaan dapat menggambarkan tingkat efisiensi modal perusahaan yang ditanamkan dalam piutang, sehingga makin tinggi perputaran piutang berarti makin efisien modal yang digunakan.
Selain perputaran piutang yang digunakan sebagai indikator terhadap efisien atau tidaknya piutang, ada indikator lain yang cukup penting yaitu jika waktu rata-rata pengumpulan piutang (average collection periode). “Jangka waktu pengumpulan piutang adalah angka yang menunjukkan waktu rata-rata yang diperlukan untuk menagih piutang.”
Perumusan dari uraian di atas adalah sebagai berikut:
Jumlah hari penjualan dalam piutang memberi tolak ukur mengenai lamanya waktu piutang dagang yang beredar. Semakin besar rasio umur piutang, semakin besar kemungkinan rasio tidak tertagihnya piutang.
Perubahan rasio antara penjualan kredit dan rata-rata piutang disebabkan oleh banyak hal. Munawir mengemukakan bahwa faktor-faktor penyebabnya adalah sebagai berikut:
1. Turunnya penjualan dan naiknya piutang
2. Turunnya piutang dan diikuti turunnya penjualan dalam jumlah yang lebih  besar
3. Naiknya penjualan diikuti naiknya piutang dalam jumlah yang lebih besar
4. Turunnya penjualan dengan piutang yang tetap
5. Naiknya piutang sedangkan penjualan tidak berubah.
Terlepas dari hal-hal tersebut diatas, dalam piutang, resiko kerugian akibat piutang yang tidak dapat diterima pembayarannya selalu ada.   Ada dua metode penyisihan piutang yaitu :
a)      Metode penghapusan langsung
Dalam metode ini kerugian piutang yang tidak bisa ditagih, dicatat langsung pada periode saat terjadinya penghapusan piutang dengan perkiraan debet “beban penghapusan piutang” dan kredit perkiraan      ”piutang dagang”.
b)      Metode Penyisihan/cadangan.
Ada metode ini, setiap akhir periode dilakukan penaksiran terhadap piutang yang dimiliki perusahaan, sehingga diperoleh taksiran dari piutang yang disangsikan dapat diterima pembayarannya. Taksiran ini dicatat pada perkiraan debet “beban piutang“ dan kredit pada perkiraan “penyisihan piutang“.
Jumlah taksiran kerugian piutang dapat ditetapkan atas dasar :
1)      Atas dasar jumlah penjualan
Piutang terjadi karana akibat dari penjualan kredit maka taksiran menhunakan jumlah penjualan selama periode bersangkutan. Yaitu dengan membandingkan kerugian piutang yang sebenarnya terjadi  dengan total pejualan kemudian dilakukan perubahan-perubahan atas kemungkinan yang akan datang. Biasanya dalam  bentuk persentase.
2)      Atas dasar saldo piutang
Jumlah ini dihitung dengan cara mengalikan suatu persentase tertentu dengan saldo piutang pada akhir periode. Dengan demikian yang dijadikan dasar adalah jumlah piutang dagang yang dimiliki perusahaan pada akhir periode.
3)      Atas dasar analisis usia piutang
Penerapan metode ini pada dasarnya sama dengan penentuan taksiran kerugian piutang atas dasar saldo piutang, metode ini dikelompokan menjadi kelompok piutang yang belum jatuh tempo, dan kelompok yang telah jatuh tempo. Sedangkan kelompok yang telah jatuh tempo dikelompokkan atas dasar lamanya jatuh tempo.  Lamanya tunggakan, dihitung dari tanggal jatuh tempo piutang sampai  tanggal 31 Desember.
Resiko Kerugian Piutang
Setiap usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan akan mengandung resiko yang tidak dapat dihindari. Dalam hal ini resiko hanya bisa dikendalikan agar berada dalam batas yang wajar. Resiko yang timbul karena transaksi penjualan secara kredit disebut resiko kerugian piutang.
Menurut S.Munawir berpendapat bahwa : Semakin besar suatu perusahaan semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang. Dan kalau perusahaan tidak membuat cadangan terhadap kemungkinan kerugian yang timbul karena tidak tertagihnya piutang berarti perusahaan telah memperhitungkan labanya terlalu besar.
Resiko kerugian piutang terdiri dari beberapa macam yaitu :
a)      Resiko tidak dibayarnya seluruh tagihan (Piutang)
Resiko ini terjadi jika jumlah piutang tidak dapat direalisasikan sama sekali. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya karena seleksi yang kurang baik dalam memilih langganan sehingga perusahaan memberikan kredit kepada langganan yang tidak potensial dalam membayar tagihan, juga dapat terjadi adanya stabilitas ekonomi dan kondisi negara yang tidak menentu sehingga piutang tidak dapat dikembalikan.
b)      Resiko tidak dibayarnya sebagian piutang
Hal ini akan mengurangi pendapatan perusahaan, bahkan bisa menimbulkan kerugian bila jumlah piutang yang diterima kurang dari harga pokok barang yang dijual secara kredit.
c)      Resiko keterlambatan pelunasan piutang
Hal ini akan menimbulkan adanya tambahan dana atau untuk biaya penagihan. Tambahan dana ini akan menimbulkan biaya yang lebih besar apabila harus dibelanjai oleh pinjaman.
d)     Resiko tidak tertanamnya modal dalam piutang
Resiko ini terjadi karena adanya tingkat perputaran piutang yang rendah sehingga akan mengakibatkan jumlah modal kerja yang tertanam dalam piutang semkin besar dan hal ini bisa mengakibatkan adanya modal kerja yang tidak produktif.
2.3  Jenis Piutang
1. Piutang Dagang  adalah jumlah yang terutang oleh pelanggan untuk barang dan jasa yang telah diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis normal. Piutang dagang biasanya yang paling signifikan yang dimiliki perusahaan. Piutang dagang dapat digolongkan sebagai berikut :
2. Piutang Usaha merupakan jumlah yang dibayarkan oleh pelanggan atas penjualan barang dan jasa dalam kegiatan usaha normal. Waktu pembayaran piutang usaha pada umumnya antara 30-60 hari. Pemberian kredit ini dilakukan dengan perjanjian informal antara penjual dan pembeli yang didukung oleh dokumen-dokumen perusahaan, seperti faktur pesanan penjualan dan kontrak penyerahan. Biasanya piutang dagang dikenakan biaya, walaupun ada kemungkinan bunga ataupun beban ditambahkan jika pembayaran tidak dilakukan dalam satu periode yang telah ditentukan yaitu periode dimana debitur wajib melunasi hutangnya, b. Wesel Tagih (Notes Receivable)  adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa depan. Wesel tagih dapat berasal dari penjualan, pembiayaan ataupun transaksi lainnya. Tetapi wesel tagih kebanyakan berasal dari transaksi peminjaman uang yaitu dengan diberikannya trade receivable dengan disertai wesel. Wesel tagih bisa bersifat jangka panjang.
3.  Piutang Non Dagang  adalah semua piutang yang timbul dari transaksi-transaksi yang secara tidak langsung berhubungan dengan penjualan barang atau penyerahan jasa yang dilakukan oleh perusahaan, termasuk diantaranya :
a. Piutang yang timbul dari transaksi pinjaman, seperti piutang kepada perusahaan afiliasi, piutang karyawan,
b. Piutang kepada perusahaan asuransi, atas kerugian-kerugian yang dipertanggungjawabkan.
c. Piutang pajak yang disetor.
d.Piutang yang timbul dari pesanan atas penjualan atau penerbitan surat-surat berharga atau sekuritas seperti piutang saham, piutang pemesa surat utang obligasi.
e. Piutang yang timbul dan merupakan fungsi waktu dan piutang pendapatan seperti piutang bunga, sewa, dividen, royalitas.


BAB V
MANAJEMEN PERSEDIAAN
2.1 Fungsi- Fungsi Persediaan
Tujuan manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan. Keempat fungsi persediaan antara lain :
• “Decouple” atau memisahkan beberapa tahapan dari proses produksi. Sebagai contoh,jika persediaan sebuah perusahaan berfluktuasi, persediaan tambahan mungkin diperlukan untuk melakukan decouple proses produksi dari pemasok.
• Melakukan “decouple” perusahaan dari fluktuasi permintaan dan menyediakan persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan.
• Mengambil keuntungan dari diskon kuantitas karena pembelian dalam jumlah besar dapat mengurangi biaya pengiriman barang
• Melindungi terhadap inflasi dan kenaikan harga
Untuk mengakomodasi fungsi-fungsi persediaan tersebut, perusahaan harus memelihara empat jenis persediaan yaitu pertama, Persediaan barang mentah (raw material inventory) , persediaan ini dapat digunakan untuk melakukan decaople (memisahkan ) pemasok dari proses produksi. Pendekatan yang dipilih adalah menghilangkan variabilitas pemasok akan kualiatas, kuantitas,
atau waktu pengantaran sehingga tidak diperlukan pemisahan.
Kedua, persediaan barang setengah jadi (work in process-WIP inventory), adalah komponen-komponen atau bahan mentah yang telah melewati beberapa proses perubahan,tetapi belum selesai. WIP adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu produk (disebut waktu siklus). mengurangi waktu siklus akan mengurangi persediaan.
Ketiga, MRO (maintenance, repair, operating), persediaan persediaan yang disedikan untuk persediaan pemeliharaan, perbaikan dan operasi yang dibutuhkan untuk menjaga agar mesin-mesin dan proses proses tetap produktif. MRO ada karena kebutuhan serta waktu untuk pemeliharaan dan perbaikan dari beberapa perlengkapan tidak di ketahui. Keempat, persediaan barang jadi, adalah produk ynag telah selesai dan tinggal menunggu pengiriman. Barang jadi dapat dimasukan ke persediaan karena permintaan pelanggan dimasa mendatang tidak diketahui.
2.2Manajemen Persediaan
Manajer operasi membuat sistem-sistem untuk mengelola persediaan. ada dua unsur dari system tersebut yaitu (1) bagaimana barang barang persediaan dapat diklasifikasikan (analisis ABC) dan (2) seberapa akurat catatan persediaan dapat dijaga. Kemudian kita akan mengamati control persediaan dalam sektor pelayanan
• Analisis ABC
Analisis ABC membagi persediaan yang ada menjadi tiga klasifikasi dengan basis volume dollar tahunan. Analisis ABC adalah sebuah aplikasi persediaan dari prinsip pareto. Prinsip pareto menyatakan terdapat “sedikit hal yang kritis dan banyak yang sepele”. Gagasannya adalah untuk membuat kebijakan kebijakan persediaan yang memfokuskan persediaan pada bagian-bagian persediaan kritis yang sedikit dan tidak pada banyak yang sepele. Untuk menentukan volume dolar tahunan dari analisis ABC, kita mengukur permintaan tahunan dari setiap barang persediaan dikalikan biaya perunitnya.
• Akurasi Catatan
Akurasi catatan sangat penting bagi manajemen untuk mengetahui persediaan yang tersedia. Akurasi catatan adalah sebuah unsur kritis dalam sistem produksi dan persediaan. Akurasi catatan membuat manajemen fokus pada barang-barang yang diperlukan daripada menetapkan untuk yakin bahwa “beberapa dari semuanya” berada dalam persediaan. Ketika sebuah organisasi dapat menentukan secara akurat apa yang dimilikinya sekarang, organisasi tersebut dapat mengambil keputusan yang tepat mengenai pemesanan, penjadwalan, dan pengiriman. Sama halnya dengan penyimpanan catatan masuk dan keluar, keamanan ruang penyimpanan harus baik untuk dapat menjamin akurasi. Sebuah ruang penyimpanan yang tertata dengan baik akan memiliki akses yang terbatas, housekeeping yang baik, dan area penyimpanan yang menyimpan persediaan dalam jumlah yang tetap. Wadah-wadah, rak-rak, dan bagian-bagian akan diberi label secara akurat.
• Perhitungan Siklus
Walaupun sebuah organisasi mungkin telah memuat usaha-usaha besar untuk mencatat persediaan secara akurat, catatan-catatan ini harus diverifikasi melalui audit berkelanjutan. Audit-audit semacam ini dikenal dengan perhitungan siklus (cycle counting). Berdasarkan sejarah, banyak perusahaan melakukan persediaan fisik tahunan. Praktik ini kerap harus dilakukan dengan menutup fasilitas dan menugaskan orang-orang tidak berpengalaman untuk menghitung bagian-bagian dan bahan. Catatan-catatan persediaan seharusnya diverifikasi melalui perhitungan siklus. Perhitungan siklus menggunakan klasifikasi persediaan yang dikembangkan melalui anlisis ABC. Dengan prosedur-prosedur perhitungan siklus, barangbarang dihitung, catatan-catatan diverifikasi, dan ketidakakuratan didokumentasikan secara periodik. Kemudian, penyebab ketidakakuratan dilacak dan diambil tindakan perbaikan yang tepat untuk menjamin integritas sistem persediaannya.
Perhitungan siklus juga memiliki berbagai keuntungan berikut:
1. Menghindarkan penutupan dan interupsi produksi yang diperlukan untuk inventarisasi fisik tahunan.
2. Menghilangkan penyesuaian persediaan tahunan.
3. Audit akurasi persediaan dilakukan oleh pegawai terlatih
4. Mempermudah pengidentifikasian dan penanggulangan atas penyebab kesalahan
5. Menjaga akurasi catatan-catatan persediaan.
• Kontrol Persediaan Pelayanan
Manajemen dari persediaan pelayanan layak mendapatkan pertimbangan khusus. Sebagai contoh, persediaan ekstensif yang disimpan dalam bisnis grosir dan eceran membuat manajemen persediaan sangat penting dan seriing menjadi faktor penentu dalam kemajuan manajer. Dalam bisnis pelayanan makanan, contohnya, kontrol persediaan dapat membuat perbedaaan antara kesuksesan dan kegagalan. Lebih dari itu, persediaan yang berada dalam posisi transit atau tidak digunakan dalam gudang sama saja dengan nilai yang hilang. Sama halnya, kerusakan atau pencurian sebelum terjual adalah kerugian. Dalam bisnis eceran, persediaan yang tidak tercatat dalam kuitansi saat penjualan dikenal dengan penyusutan. Penyusutan muncul dan pencurian, juga dari administrasi yang ceroboh. Pencurian persediaan juga dari kerusakan dikenal dengan pilferage. Kerugian persediaan eceran sebesar 1% dari penjualan dapat dianggap baik dengan mempertimbangkan ahwa kerugian di banyak toko melebihi 3%. Beriku teknik-teknik dalam akurasi dan kontrol persediaan.
1. Pemilhan, pelatihan, dan pendisiplinan yang baik
Hal-hal ini tidaklah mudah, tetapi sangat diperlukan dalm operasi-operasi pelayanan makanan, grosir, dan eceran di mana pegawai memiliki akses ke barang yang langsung dikonsumsi.
2. Kontrol yang ketat dari pengiriman yang datang
Tugas ini diselesaikan oleh banyak perusahaan melalui penggunaan barcode dan sistem radio frequency ID (RFID) yang membaca setiap pengiriman yang datang dan memeriksa jumlah hitungan terhadap pesanan pembelian secara otomatis. Jika dirancang dengan tepat, sistem ini sulit dikalahkan. Setiap barang memiliki stock keeping unit yang unik.
3. Kontrol yang efektif atas semua barang yang meninggalkan fasilitas
Tugas ini diselesaikan dengn barcode pada barang yang dikirimkan, pita magnetis pada barang, atau melalui observasi langsung. Observasi langsung dapat dijaga oleh pegawai pada pintu keluar dan dlam daerah-daerah yang berpotensi kerguian tinggi atau dapat berbentuk cermin satu arah dan pengawasan video. Operasi eceran yang sukses memerlukan kontrol tingkat toko yang sangat baik dengan persediaan yang akurat di lokasinya yang sesuai. Baru-baru ini, sebuah studi menemukan bahwa konsumen dan pelayan toko tidak dapat menemukan 16% dari barang-barang di salah satu pengecer terbesar Amerika Serikat –bukan karena barangnya habis, melaiinkan mereka salah meletakkannya (dalam ruangan belakang, daerah penyimpanan, atau di lorong yang salah). Melalui perkiraaan peneliti, pengecer-pengecer besar kehilangan 10% sampai 25% dari keuntungan totalnya karena catatan-catatan persediaan yang buruk atau tidak akurat.
2.3Model-model Persediaan
Sekarang, kita melihat bergam model persediaan dan biaya terkait dengan persediaan.
• Permintaan Independen versus Permintaan Dependen
Model-model kontrol persediaan mengasumsikan bahwa permintaan untuk sebuah barang independen dari atau dependen pada permintaan akan barang lain. Sebagai contoh, permintaan untuk kopi independen terhadap permintaan untuk garam. Akan tetapi, permintaan gula dependen terhadap permintaan kopi.
• Biaya Penyimpanan, Pemesanan, dan Penyetelan
Biaya penyimpanan (holding cost) mencakup biaya dengan menyimpan persediaan selama waktu tertentu. Oleh karena itu, biaya penyimpanan juga mencakup biaya barang usang danbiaya yang terkait dengan penyimpanan, seperti asuransi, pegawai tambahan, dan pembayaran bunga. Tabel di bawah ini akan menunjukkan jenis-jenis biaya yang harus dievaluasi untuk menentukan besarnya biaya penyimpanan. Banyak perusahaan yang tidak berhasil menyertakan semua biaya penyimpanan persediaan. Akibatnya, biaya penyimpanan persediaan sering ditetapkan kurang dari sebenarnya.
• Menentukan Biaya Penyimpanan Persediaan
Biaya pemesanan(ordering cost) mencakup biaya dari persediaan, formulir, proses pesanan,pembelian, dukungan administrasi, dan seterusnya. Ketika pesanan sedang diproduksi, biaya pesanan juga ada, tetapi mereka adalah bagan dari biaya penyetelan. Biaya penyetelan (setup cost) adalah biaya untuk mempersiapkan sebuah mesin atau proses untuk membuat sebuah pesanan. Ini menyertakan waktu dan tenaga kerja untuk membersihkan serta mengganti peralatan atau alat penahan. Manajer operasi dapat menurunkan biaya pemesanan dengan mengurangi biaya penyetelan serta menggunakan prosedur yang efisien, seperti pemesanan dan pembayaran elektronik. Dalam banyak lingkungan kerja, biaya penyetelan sangatlah berkatan dengan waktu penyetelan (setup time). Penyetelan biasanya memerlukan sejumlah pekerjaan yang harus dilakukan sebelum penyetelan benar-benar dimulai di pusat kerja. Dengan perencanaan yang tepat, banyak persiapan yang diperlukan untuk melakukan sebuah penyetelan dapat dilakukan tanpa harus mematikan mesin atau proses. Dengan demikian, waktu penyetelan cukup banyak yang dikurangi. Mesin-mesin dan proses-proses yang secara tradisional akan memakan waktu berjamjam untuk dipasang, sekarang dapat dipasang dalam waktu kurang dari satu menit seiring dengan semakin imajinatifnya pabrik-pabrik kelas dunia. Mengurangi waktu penyetelan adalah cara yang sangat baik untuk mengurangi investasi persediaan dan meningkatkan produktivitas.
2.4Model-Model Persediaan Untuk Permintaan Independen
Berikut ini adalah tiga model permintaan independen:
1. Model kuantitas pesanan ekonomis yang mendasar.
2. Model kuantitas pesanan produksi.
3. Model diskon kuantitas.
• Model Kuantitas Pesanan Ekonomis
Adalah salah satu teknik control persediaan yang tertua dan paling dikenal. Teknik ini relative mudah digunakan, tetapi berdasarkan pada beberapa asumsi:
- Jumlah permintaan diketahui, konstan, dan independen.
- Waktu tunggu diketahui dan konstan.
- Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya.
- Tidak tersedia diskon kuantitas.
- Biaya variabel hanya biaya untuk menyiapakan atau melakukan pemesanan dan biaya menyimpan persediaan dalam waktu tertentu.
- Kehabisan persediaan dapat sepenuhnya dihindari jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.

 • Meminimalkan Biaya
Model persediaan umumnya meminimalkan biaya total. Biaya paling signifikan adalah biaya penyetelan dan biaya penyimpanan. Jadi, jika kita meminimalkan biaya penyetelan dan biaya penyimpanan maka biaya total akan menjadi minimal. Seiring dengan meningkatnya kuantitas yang dipesan, maka jumlah pemesanan per tahunnya akan menurun. Namun, seiring dengan meningkatnya kuantitas pesanan, biaya penyimpanan akan meningkat karena jumlah persediaan rata-rata yang harus diurus lebih banyak. Dengan model EOQ, kuantitas pesanan optimal akan muncul pada satu titik dimana biaya penyetelan totalnya sama dengan biaya penyimpanan total. Dengan menggunakan variabel10
variabel berikut kita dapat menentukan biaya penyetelan dan penyimpanan dan menyelesaikan untuk Q*.
• Model Robust
Salah satu keuntungan model EOQ adalah model Robust. Model ini memberikan jawaban yang  memuaskan, bahkan dengan variasi yang cukup besar dalam parameter-parameternya. Dalam model ini, biaya total dari EOQ hanya mengalami sedikit perubahan di sekitar nilai minimumnya. Variasi dalam biaya penyetelan, biaya penyimpanan, permintaan atau bahkan EOQ menghasilkan selisih yang relatif kecil dalam biaya total.
• Model Kuantitas Pesanan Produksi
Model kuantitas pesanan produksi adalah sebuah teknik kuantitas pesanan yang diterapkan untuk pesanan-pesanan produksi. Model ini berguna ketika persediaan menumpuk secara berkelanjutan selama waktu tertentu, dan saat asumsi kuantitas peranan ekonomi tradisional.
• Model Diskon Kuantitas
Diskon kuantitas adalah potongan harga untuk barang yang dibeli dalam jumlah besar. Pertukaran utama ketika mempertimbangkan diskon kuantitas adalah antara biaya produk yang berkurang dan biaya penyimpanan yang bertambah.
Biaya total = Biaya penyetelan + Biaya penyimpanan + Biaya produk
TC = S + + PD

Q = kuantitas yang dipesan
D = permintaan tahunan dalam unit
S = biaya pemesanan atau penyetelan per pesanan atau per penyetelan
P = biaya per unit
H = biaya penyimpanan per unit per tahun
Karena ada beberapa diskon, ada 4 langkah yang dilibatkan dalam menentukan kuantitas yang akan meminimalkan biaya persediaan tahunan totalnya.
Langkah 1: untuk setiap diskon hitunglah nilai untuk ukuran pesanan optimal
Langkah 2 : untuk diskon berapa pun, jika kuantitas pesanannya terlalu rendah untuk mendapatkan diskon, sesuaikan kuantitas pesanan ke atas ke kuantitas terendah yang akan memenuhi dsikonnya.
Langkah 3 : DEngan menggunakan persamaan biaya total sebelumnya, hitung biaya total untuk setiap Q* yang ditentukan pada langkah 1 dan 2. Jika harus menyesuaikan Q* ke atas karena Q* berada di bawah rentang kuantitas yang diizinkan, pastikan menggunakan nilai yang telah disusaikan untuk Q*.
Langkah 4 : Pilih Q* yang menghasilkan biaya total terendah yang telah dihitung pada langkah 3. Ini adalah kuantitas yang akan meminimalkan biaya totalnya.
2.5Model Probabilistik dan Persediaan Pengaman
Model probabilistik adalah sebuah model statistik yang dapat digunakan ketika permintaan produk atau variabel lainnya tidak dikietahui, tetapi dapat di spesifikasikan dengan menggunakan sebuah distribusi probabilitas. Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen adalah menjaga tingkat pelayanan yang cukup dalam menghadapi permintaan yang tidak pasti. Tingkat pelayanan adalah komplemen dari probabilitas kehabisan persediaan. Permintaan yang tidak pasti meningkatkan kemungkinan kehabisan persediaan. Salah satu metode untuk mengurangi kehabisan persediaan adalah menyimpan unit-unit tambahan dalam persediaan. Persediaan seperti ini biasanya disebut persediaan pengaman. Ini melibatkan penambahan sejumlah unit sebagai penyangga sampai ROP. Disertakannya persediaan pengaman (ss) mengubah persamaannya menjadi :
ROP = d xL + ss
d = permintaan harian
L = waktu tunggu pesanan, atau jumlah hari kerja yang dibutuhkan untuk mengantarkan sebuah Pesanan Jumlah persediaan pengaman yang dijaga bergantung pada biaya yang ditimbulkan jika terjadi kehabisan persediaan dan biaya penyimpanan persediaan tambahan. Biaya kehabisan persediaan tahunan dihitung sebagai berikut. Biaya kehabisan persediaan tahunan = Jumlah kekurangan unitnya untuk setiap tingkat permintaan x Probabilitas tingkat permintaan tersebut x Biaya kehabisan persediaan/unit
x Jumlah pesanan per tahun

Ketika kita sulit atau tidak mungkin menentukan biaya karena kehabisan persediaan, seorang manajer mungkin memutuskan untuk mengikuti kebijakan menjaga persediaan pengaman yang cukup untuk memenuhi tingkat pelayanan pelanggan yang telah ditentukan. Dengan mengasumsikan bahwa permintaan selama waktu tunggu (periode pemesanaan ulang) mengikuti kurva normal, hanya mean dan standar deviasi yang diperlukan untuk menentukan kebutuhan persediaan untuk tingkat pelayanan yang ditentukan. Data penjualan biasanya cukup untuk menghitung mean dan standar deviasinya.
ROP = permintaan yang diperkirakan selama waktu tunggu + Z
Z = jumlah standar deviasi
= standar deviasi dari permintaan selama waktu minggu
Model-model Probabilistik Lainnya Jika data pada waktu tunggu tidak diketahui, rumus-rumus tersebut tidak dapat digunakan. Walaupun demikian, ada tiga model yang dapat digunakan. Kita perlu menentukan model yang harus digunakan untuk tiga situasi :
1. Permintaannya variabel dan waktu tunggunya konstan
2. Waktu tunggunya variabel dan permintaannya konstan
3. Permintaan dan waktu tunggunya variabel
1. Permintaan Variabel dan Waktu Tunggunya Konstan (ketika hanya ppermintaannya yang bersifat variabel), maka:
ROP = (Permintaan harian rata-rata xWaktu tunggu dalam hari) + Z
= Standar deviasi dari permintaan selama waktu tunggu
= Waktu tunggu
= Standar deviasi dari permintaan perhari
2. Waktu Tunggunya Variabel dan Permintaannya Konstan (ketika permintaannya konstan dan hanya waktu tunggunya yang variabel), maka :
ROP = (Permintaan harian xWaktu tunggu rata-rata dalam hari) + Z (Permintaan hari) x = Standar deviasi dari waktu tunggu dalam hari
3. Permintaan dan Waktu Tunggunya Variabel (ketika permintaan dan waktu tunggunya variabel), maka :
ROP = (Permintaan harian rata-rata xWaktu tunggu rata-rata) + Z = Standar deviasi dari permintaan per hari = Standar deviasi dari waktu tunggu dalam hari
2.6 Sistem Periode Tetap
Model-model persediaan yang telah kita pertimbangkan sejauh ini adalah sistem kuantitas tetap atau sistem Q. Artinya, jumlah tetap yang sama ditambahkan pada persediaan setiap kali sebuah pesanan untuk sebuah barang ditempatkan. Untuk menggunakan model kuantitas tetap, persediaan harus dipantau secara berkelanjutan. Ini disebut sistem persediaan perpetual. Setiap kali barang ditambahkan atau diambil dari persediaan, catatan harus diperbarui untuk menjamin ROPnya belum tercapai. Pada sistem periode tetap atau sistem P, di lain pihak, persediaan di pesan pada akhir periode tertentu. Barulah dan hanya jika demikian, persediaan yang akan dihitun. Jumlah yang dipesan hanyalah sebanyak yang diperlukan untuk mencapai tingkat target yang telah ditentukan.Sistem-sistem periode tetap memiliki beberapa asumsi yang sama seperti sistem kuantitas tetap
EOQ dasar.
• Biaya biaya yang relevan hanya biaya pemesanan dan biaya penyimpanan
• Waktu tunggu diketahui
• Barang-barang saling independen.



BAB VI
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1. Modal Kerja
Manajemen modal kerja merupakan semua kegiatan dalam rangka pengelolaan aktiva lancar dan pasiva lancar.
konsep modal kerja
Ø  Konsep Kuantitatif  
Ø  Konsep Kualitatif
Ø  Konsep Fungsional
Jenis Modal Kerja
Ø  Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Ø  Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja
Volume Penjualan
Ø  Faktor Musim dan Siklus
Ø  Perubahan dalam teknologi
Ø  Kebijakan Perusahaan
Penentuan Besarnya Kebutuhan Modal Kerja
Ø  Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja
Ø  Pengeluaran kas rata-rata setiap hari




2. Kas
Ada empat motif pokok yang mendasari perusahaan dan perorangan untuk untuk memiliki kas, yaitu
1.            Motif transaksi
2.            Motif berjaga-jaga
3.            Motif spekulasi
4.            Motif memenuhi saldo kompensasi

3. Piutang
Piutang adalah tagihan kepada pihak lain dimasa yang akan datang karena terjadinya transaksi dimasa lalu.  Piutang,  salah satu jenis transaksi akutansi yang mengurusi penagihan konsumen yang berhutang pada seseorang, suatu perusahaan, atau suatu organisasi untuk barang dan layanan yang telah diberikan pada konsumen tersebut. Kebijaksanaan kredit (standar kredit/kualitas rekening yang diterima, jangka waktu/periode kredit yang diberikan, discount/potongan tunai yang diberikan untuk pembayaran yang lebih awal.
Piutang usaha jangka pendek dapat dibagi atas dua yaitu:
a)      Piutang usaha/piutang terhadap langganan
b)      Piutang yang akan diterima
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi piutang usaha adalah sebagai berikut:
a)      Volume Penjualan Kredit
b)      Syarat Pembayaran Penjualan Kredit
c)      Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit
d)     Kebijakan dalam Penagihan Piutang
e)      Kebiasaan Pembayaran Pelanggan

Resiko kerugian piutang terdiri dari beberapa macam
yaitu :
a.       Resiko tidak dibayarnya seluruh tagihan (Piutang)
b.      Resiko tidak dibayarnya sebagian piutang
c.       Resiko keterlambatan pelunasan piutang
d.      Resiko tidak tertanamnya modal dalam piutang

4. Persediaan

Dari pembuatan makalah ini kami dapat mengambil kesimpulan antara lain: ada empat fungsi persediaan yaitu:

(1)  memisahkan beberapa tahapan dari proses produksi.

(2)  perusahaan dari fluktuasi permintaan dan menyediakan persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan.

(3)  Mengambil keuntungan dari diskon kuantitas karena pembelian dalam jumlah besar dapat mengurangi biaya pengiriman barang.

(4)  Melindungi terhadap inflasi dan kenaikan harga. serta model-model persediaan yang sangat beragam.










 3.2  Saran
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah keinginan penulis atas partisipasi pembaca, agar sekiranya mau memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan penulisan makalah ini. Kami sadar bahwa penulis adalah manusia yang pasti nya mmiliki kesalahan. Oleh karena itu, dengan adanya kritik dan saran dari pembaca, penulis bisa mengkoreksi diri dan menjadikan makalah kedepan menjadi makalah yang lebih baik lagi dan dapat memberikan manfaat yang lebih bagi kita semua.

















DAFTAR PUSTAKA


Bambang Rianto. 1995. Dasar-dasar pembelajaran perusahaan. Yoyakarta:yayasan badan penerbit gadjah mada
Dahlan siamat. 2004. Manajemen Lembaga Keuangan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
http://megood5.blogspot.com/2011/02/makalah-mkeuangan.html
- Chase, Jaqobas, Aquilano, 2007, Operations Management for Competitive    Advantage, 10th ed, Mc Graw Hill

- Jay Heizer dan Barry Render, 2009, Operations Management, 9th ed, Pearson Int’l

- Riyanto, Bambang, 1995, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, BPFE, Yogjakarta



Comments




  1. Saya selalu berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan peminjam yang meminjamkan uang tanpa membayar terlebih dahulu.

    Jika Anda mencari pinjaman, perusahaan ini adalah semua yang Anda butuhkan. setiap perusahaan yang meminta Anda untuk biaya pendaftaran lari dari mereka.

    saya menggunakan waktu ini untuk memperingatkan semua rekan saya INDONESIANS. yang telah terjadi di sekitar mencari pinjaman, Anda hanya harus berhati-hati. satu-satunya tempat dan perusahaan yang dapat menawarkan pinjaman Anda adalah SUZAN INVESTMENT COMPANY. Saya mendapat pinjaman saya dari mereka. Mereka adalah satu-satunya pemberi pinjaman yang sah di internet. Lainnya semua pembohong, saya menghabiskan hampir Rp35 juta di tangan pemberi pinjaman palsu.

    Pembayaran yang fleksibel,
    Suku bunga rendah,
    Layanan berkualitas,
    Komisi Tinggi jika Anda memperkenalkan pelanggan

    Hubungi perusahaan: (Suzaninvestment@gmail.com)

    Email pribadi saya: (Ammisha1213@gmail.com)

    ReplyDelete
  2. KABAR BAIK!!!

    Nama saya Aris Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu untuk Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran dimuka, tetapi mereka adalah orang-orang iseng, karena mereka kemudian akan meminta untuk pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, sehingga hati-hati dari mereka penipuan Perusahaan Pinjaman.

    Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial dan putus asa, saya telah tertipu oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan digunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Ibu Cynthia, yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dan tingkat bunga hanya 2%.

    Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya diterapkan, telah dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.

    Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman apapun, silahkan menghubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan oleh kasih karunia Allah ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda menuruti perintahnya.

    Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan bercerita tentang Ibu Cynthia, dia juga mendapat pinjaman baru dari Ibu Cynthia, Anda juga dapat menghubungi dia melalui email-nya: arissetymin@gmail.com sekarang, semua akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran pinjaman saya bahwa saya kirim langsung ke rekening mereka bulanan.

    Sebuah kata yang cukup untuk bijaksana.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Historical Cost, Current Cost and Exit Price

Keterampilan Audit dan Menggali Bukti-Bukti Pemeriksaan

PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PENGETAHUAN MITOLOGI, FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN